Trik Kendalikan Penyakit Kresek yang Bikin ‘Nyesek’ Petani

Trik Kendalikan Penyakit Kresek
Gambar: Google
SeputarPadi - Hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan (OPT) memang kerap menjadi ‘tamu tak diundang’ yang datang ke lahan sawah padi. Kadang dalam membasmi OPT petani sering menggunakan pestisida yang cenderung berlebihan. Akibatnya hama dan penyakit justru menjadi resisten.

Seperti cerita Siswanto Basuki, warga Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya. Ia resah dengan adanya penyakit kuning yang menyerang pada tanaman padinya. Padahal padi yang terserang sudah berumur 40 Hari Setelah Tanam (HST).

Dari luas lahan 1 hektar (ha) hampir 50 persen penyakit kuning yang menyebar dan menyerang tanaman milik Siswanto. 
Tidak diketahui apa penyebabnya tiba-tiba warna daun padi saya bewarna kuning disertai bercak-bercak dan bewarna cokelat, kemudian membusuk dan mati,” ucap Siswanto saat ditemui di lahan miliknya.

Serangan yang terjadi pada lahan milik Siwanto ini tergolong dalam jenis penyakit hawar daun bakteri (HBD). Penyakit ini disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogen ini dapat mengenfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen.

Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau lobang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk fotosintesis. JIka terjadi pada tanaman muda mengakibatkan mati. Sedangkan tanaman fase generatif menyebabkan pengisian gabah menjadi kurang sempurna.

Kenali Gejalanya

Untuk mengetahui gejalanya, penyakit kresek pada daun terlihat berupa bercak kecoklatan memanjang sepanjang tepi daun. Selanjutnya melebar ke arah tulang daun. Gejala lebih lanjut, daun tanaman mengering dengan warna keabu-abuan.

Pada tahap awal gejala, jika pagi hari dapat ditemukan eksuda/oose bakteri berwarna kekuningan pada permukaan daun yang terserang. Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek.

Gejala kresek sangat mirip dengan gejala sundep yang timbul akibat serangan penggerek batang pada fase tenaman vegetatif. Pada tanaman dewasa penyakit hawar daun bakteri menimbulkan gejala hawa (blight). Baik gejala kresek maupun hawar, gejala dimulai dari daun terlihat berupa bercak kecoklatan memanjang sepanjang tepi daun, dan selanjutnya melebar ke arah tulang daun. Gejala lanjut, daun tanaman mengering dengan warna keabu-abuan.

Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen.

Beberapa faktor yang mempengaruhi serangan kresek. Diantaranya, pemupukan nitrogen yang tinggi, kondisi cuaca (angin kencang, hujan), varietas rentan penyakit kresek dan perkembangan meningkat seiring pertambahan umur tanaman. Perlu diperhatikan fase pembungaan merupakan periode kritis peningkatan keparahan penyakit.

Bisanya sumber utama dari penyebaran penyakit Kresek berasal dari bekas jerami, singgang, benih padi yang terinfeksi bakteri dan juga gulma di sekitar pertanaman. Bisa juga sel-sel dari bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae melekat pada permukaan daun dengan membentuk butir-butir embun pada pagi hari.

Penyakit HBD atay kresek memang bikin 'nyesek' petani. 
Bagaimana pengendaliannya

Bagini caranya.

  1. Gunakan varietas yang tahan HDB, tidak menggunakan bibit yang sudah terinfeksi HDB sebagai benih. Gunakan benih yang bebas penyakit. 
  2. Jaga kebersihan sawah dari gulma yang menjadi inang alternatif dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan. 
  3. Gunakan pemupukan urea atau unsur nitrogen sesuai takaran yaitu 250 kg/ha atau dengan menggunakan indikator Bagan Warna Daun (BWD). Hindari pemupukan N berlebihan. Sebaliknya dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri. 
  4. Jaga jarak tanam, jangan terlalu rapat, dengan menggunakan sistem tanam pola jajar legowo. 
  5. Menggunakan sistem pengairan secara berselang (intermitten irrigation). Satu hari digenangi, tiga hari dikeringkan. 
  6. Lakukan perlakuan perendaman benih menggunakan larutan Corynebacterium untuk mencegah sedari dini. 
  7. Penggunaan pestisida bila serangan sudah mencapai ambang pengendalian yaitu bisa menggunakan bahan aktif agrimicin (2 cc per liter) atau tembaga hidroksida pada saat umur 14 hst, 24 hst dan 48 hst. 
Sumber: https://tabloidsinartani.com

Tidak ada komentar untuk "Trik Kendalikan Penyakit Kresek yang Bikin ‘Nyesek’ Petani"